Mitos Gunung Kelud Dalam Perspektif Konservasi: Menjaga Ekosistem Melalui Narasi Budaya
DOI:
https://doi.org/10.62017/jppi.v2i4.4475Keywords:
Gunung Kelud, Konservasi Berbasis Budaya, Larung Sesaji, Mitos Lembu Suro, Narasi LokalAbstract
Mitos Lembu Suro di Gunung Kelud telah lama menjadi bagian integral dari praktik konservasi lokal, namun belum banyak dikaji secara terstruktur dalam konteks scientific community. Penelitian ini bertujuan menggali sejauh mana narasi budaya tersebut memengaruhi perilaku pelestarian ekosistem di lereng Gunung Kelud, serta merumuskan implikasi integrasi kearifan lokal ke dalam strategi konservasi modern. Dengan desain mixed methods non-eksperimen, data kuantitatif dikumpulkan melalui kuesioner online pada 14 responden dewasa, sedangkan data kualitatif diperoleh dari wawancara semi-terstruktur dengan tiga narasumber kunci (Juru Kunci, warga desa, dan generasi muda). Hasil menunjukkan bahwa > 92 % responden meyakini larangan memburu hewan dan menebang pohon keramat, serta 100 % percaya pada konsepsi karma; wawancara mengungkap bahwa mitos Lembu Suro dan ritual Larung Sesaji menanamkan kontrol sosial informal yang efektif menjaga kelestarian flora dan fauna. Studi ini menegaskan korelasi positif antara kepercayaan tradisional dan kepatuhan konservasi, meski terbatasnya sampel dan potensi bias sosial menjadi catatan. Implikasi penelitian mencakup rekomendasi penguatan dokumentasi adat, pengembangan modul pembelajaran SSI berbasis cerita lokal, dan perluasan wawancara ke kelompok masyarakat lebih luas untuk memperkuat validitas.