KAJIAN AGRIBISNIS RUMPUT LAUT (Eucheuma spinosum) DI KECAMATAN MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH
DOI:
https://doi.org/10.62017/gabbah.v1i3.1149Keywords:
agribisnis, subsistem agribisnis, rumput laut, pendapatan, pemasaranAbstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh wilayah Kecamatan Mawasangka yang berada di daerah pesisir dan merupakan Kawasan potensial aktifitas budidaya laut salah satunya adalah budidaya rumput laut. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran sistem agribisnis rumput laut di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan analisis pendapatan. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus slovin dan proportional random sampling. Jumlah responden petani rumput laut sebanyak 44 petani dan 3 pedagang antara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran sistem agribisnis rumput laut yang diterapkan oleh petani rumput di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah terdiri dari subsistem hilir dalam hal ini penyediaan sarana produksi, subsistem usahatani, subsistem hulu yakni pengolahan dan penyimpanan, subsistem pemasaran dan subsistem penunjang. Dalam subsistem input, petani pengadaan sarana produksi yakni bibit dan peralatan berasal dari dua sumber yakni berasal dari petani sendiri dan berasal dari pemerintah. Pada subsistem budidaya petani melakukan budidaya rumput laut dengan beberapa tahapan yakni pemilihan lokasi, penyediaan bibit, persiapan konstruksi/wadah budidaya, tempat penyimpanan hasil panen/penjemuran, pemeliharaan hingga pemanenan. Produksi rata-rata petani rumput laut sebesar 629,55 kg dengan penerimaan rata-rata Rp.8.400.586,00 dan pendapatan sebesar Rp6.002.678,96. Pada subsistem agroindustri petani mengolah hasil panennya dari rumput laut basah ke rumput laut kering dengan waktu penjemuran ± 3 hari. Subsistem pemasaran terjadi saluran distribusi tak langsung (Indirect Channel of Distribution), dengan margin rata-rata Rp500,00,-. Sedangkan pada subsistem penunjang, pemerintah membantu petani rumput laut dalam menjalankan usahataninya melalui bantuan sarana produksi. Terdapat beberapa kendala dan permasalahan pada beberapa subsektor yakni penyaluran sarana produksi yang tidak merata oleh pemerintah setempat, keterbatasan petani dalam mengadakan sarana produksi yang disebabkan oleh keterbatasan modal, adanya hama dan kotoran yang mengganggu pertumbuhan rumput laut, faktor iklim yang mengganggu proses penjemuran serta harga yang tidak menentu yang didapatkan oleh para petani.